Amore #1
Sudah beberapa hari ini, aku tak melihatnya di sekitar lingkungan sekolah.
Apakah dia...menghilang?
Tidak, tidak. Tidak mungkin.
Aku berjalan menyusuri lorong di lantai dua sekolahku.
Menatap kaca setiap kelas, memperhatikan setiap pintu yang terbuka.
Berharap bisa melihatnya keluar dari kelasnya.
Berharap bisa menemukannya diantara banyaknya siswa di sini.
Berharap bisa melihat raut wajahnya, gurat alisnya yang tak sempurna,
pundaknya yang selalu menjadi sandaranku.. Aku terus mencarinya
Tidak, aku tak berhasil menemukannya.
'Vin... lo dimana?'
***
Kring..kring...kring
Pagi ini, aku terus memutar otakku di kelas. Ini hari kelimaku tanpanya. Aku berharap bisa mengetahui keberadaannya. Ponselnya tidak aktif, bahkan telepon rumah pun tidak ada yang merespon.
Harus bagaimana lagi? Aku sudah berusaha mencarinya, memutar otakku agar sebisa mungkin dapat menemukannya.
Aku sudah melewati rumahnya dua kali setiap aku pulang sekolah. Kemanakah dia menghilang?
Lamunanku disadarkan oleh seseorang. Popi.
'Lo kok bengong gitu si, Sha? Davin masih belum ketemu ya?'
'Iya Pop. Gue kuatir banget. Feeling gue ngga enak abis.'
'Tenang aja, Sha. Bukan cuman lo doang yang khawatir. Sekolah juga udah berusaha buat cari dia. Kita doa aja biar Davin bisa ketemu.'
'Iya Pop, thanks yaa'
'Anything for you, dear..'
***
Kring...kring..kring
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Dengan sigap, gadis berambut hitam lebat tersebut mengemasi barangnya. Raut wajahnya...Ia sangat cemas. Keringat dingin mengalir tanpa henti. Ia benar-benar ketakutan!
***
Beberapa hari lalu, Davin -teman dekat atau bahkan teman sedari kecil Tisha- menyatakan perasaannya. Entah apa yang meracuni Tisha, Ia seolah mengacuhkan Davin. Meninggalkannya di taman sendirian dengan sebucket bunga yang tadinya ingin diberikan pada Tisha. Tisha tak tahu harus berbuat apa. Dia memang sudah lama menyimpan perasaan pada Davin, tetapi di sisi lain, Popi juga menyukai belahan hatinya ini. Ia tak ingin mengecewakan Davin juga tak ingin melukai perasaan sahabatnya, Popi.
Tisha meninggalkan Davin tanpa sepatah kata apapun. Perasaannya berkecamuk. Ia kebingungan.
Sehari setelah kejadian itu, Davin....menghilang.
Tisha sangat menyesalkan, mengapa saat itu Ia tidak mengatakn sejujurnya pada Davin?
Davin menghilang? Tisha masih benar-benar tidak percaya atas kejadian ini.
Apakah dia diculik? Atau kabur? Atau bahkan bunuh diri?
Atau mungkin Davin tidak ingin bertemu dengan Tisha lagi..?
***
to be continued..
Apakah dia...menghilang?
Tidak, tidak. Tidak mungkin.
Aku berjalan menyusuri lorong di lantai dua sekolahku.
Menatap kaca setiap kelas, memperhatikan setiap pintu yang terbuka.
Berharap bisa melihatnya keluar dari kelasnya.
Berharap bisa menemukannya diantara banyaknya siswa di sini.
Berharap bisa melihat raut wajahnya, gurat alisnya yang tak sempurna,
pundaknya yang selalu menjadi sandaranku.. Aku terus mencarinya
Tidak, aku tak berhasil menemukannya.
'Vin... lo dimana?'
***
Kring..kring...kring
Pagi ini, aku terus memutar otakku di kelas. Ini hari kelimaku tanpanya. Aku berharap bisa mengetahui keberadaannya. Ponselnya tidak aktif, bahkan telepon rumah pun tidak ada yang merespon.
Harus bagaimana lagi? Aku sudah berusaha mencarinya, memutar otakku agar sebisa mungkin dapat menemukannya.
Aku sudah melewati rumahnya dua kali setiap aku pulang sekolah. Kemanakah dia menghilang?
Lamunanku disadarkan oleh seseorang. Popi.
'Lo kok bengong gitu si, Sha? Davin masih belum ketemu ya?'
'Iya Pop. Gue kuatir banget. Feeling gue ngga enak abis.'
'Tenang aja, Sha. Bukan cuman lo doang yang khawatir. Sekolah juga udah berusaha buat cari dia. Kita doa aja biar Davin bisa ketemu.'
'Iya Pop, thanks yaa'
'Anything for you, dear..'
***
Gue ga peduli, pokoknya gue harus cari dia abis gini! Gue...sebenernya sayang sama dia. Gue ga bisa bohongin perasaan gue yang sebenernya. Gue takut....kehilangan dia!
Kring...kring..kring
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Dengan sigap, gadis berambut hitam lebat tersebut mengemasi barangnya. Raut wajahnya...Ia sangat cemas. Keringat dingin mengalir tanpa henti. Ia benar-benar ketakutan!
***
Beberapa hari lalu, Davin -teman dekat atau bahkan teman sedari kecil Tisha- menyatakan perasaannya. Entah apa yang meracuni Tisha, Ia seolah mengacuhkan Davin. Meninggalkannya di taman sendirian dengan sebucket bunga yang tadinya ingin diberikan pada Tisha. Tisha tak tahu harus berbuat apa. Dia memang sudah lama menyimpan perasaan pada Davin, tetapi di sisi lain, Popi juga menyukai belahan hatinya ini. Ia tak ingin mengecewakan Davin juga tak ingin melukai perasaan sahabatnya, Popi.
Tisha meninggalkan Davin tanpa sepatah kata apapun. Perasaannya berkecamuk. Ia kebingungan.
Sehari setelah kejadian itu, Davin....menghilang.
Tisha sangat menyesalkan, mengapa saat itu Ia tidak mengatakn sejujurnya pada Davin?
Davin menghilang? Tisha masih benar-benar tidak percaya atas kejadian ini.
Apakah dia diculik? Atau kabur? Atau bahkan bunuh diri?
Atau mungkin Davin tidak ingin bertemu dengan Tisha lagi..?
***
to be continued..
Komentar
Posting Komentar